Senin, 26 Desember 2011

makalah konseling


BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar belakang
Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja, seperti DeBrun (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Papalia dan Olds (2001) tidak memberikan pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit melainkan secara implisit melalui pengertian masa remaja (adolescence). Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.
Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai (Hurlock, 1990). Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak (Hurlock, 1990; Papalia & Olds, 2001).
Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya (Conger, 1991). Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya (Beyth-Marom, et al., 1993; Conger, 1991; Deaux, et al, 1993; Papalia & Olds, 2001). Conger (1991) dan Papalia & Olds (2001) mengemukakan bahwa kelompok teman sebaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber informasi misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang menarik, musik atau film apa yang bagus, dan sebagainya (Conger, 1991).
Remaja yang bermasalah lebih senang bercerita pada sahabatnya, daripada memilih guru konseler. Memanfaatkan momentum inilah perlunya dibentuk konseling teman sebaya. Terbentuknya konselor teman sebaya ini diharapkan bisa membantu guru Bimbingan Konseling (BK).
1.2  Tujuan KTS
v  Dapat membantu konselor dalam menangani siswa yang bermasalah
v Membantu beberapa siswa yang sulit terbuka dengan konselor dalam menghadapi masalahnya
v Membantu konselor dalam menuntaskan bimbingan dan konseling bagi setiap siswa
1.3  Fungsi dan manfaat KTS
Ø  Menurut Krumbolth (1976) fungsi KTS :
1.    Membantu siswa lain memecahkan permasalahannya.
2.    Membantu siswa lain yang mengalami penyimpangan fisik.
3.    Membantu siswa-siswa baru dalam menjalani pekan orientasi siswa untuk mengenal sistim dan suasana sekolah secara keseluruhan.
4.    Membantu siswa baru membina dan mengembangkan hubungan baru dengan teman sebaya dan personil sekolah.
5.    Melakukan tutorial dan penyesuaian sosial bagi siswa-siswa asing (kalau ada).
Ø  Manfaat KTS untuk siswa menurut Hamburd (1972) :
a.    Siswa memiliki Kemampuan melakukan pendekatan dan membina percakapan dengan baik serta bermanfaat dengan orang lain.
b.    Siswa memiliki Kemampuan mendengar, memahami dan merespon (3M), termasuk komunikasi nonverbal (cara memandang, cara tersenyum, dan melakukan dorongan minimal).
c.    Siswa memiliki Kemampuan mengamati dan menilai tingkah laku orang lain dalam rangka menentukan apakah tingkah laku itu bermasalah atau normal.
d.    Siswa memiliki Kemampuan untuk berbicara dengan orang lain tentang masalah dan perasan pribadi.
e.    Siswa memiliki Kemampuan untuk menggunakan keputusan yang dibuat dalam konseling mengahadapi permasalahan-permasalahan pribadi, permasalahan kesehatan, permasalahan sekolah, dan permasalahan perencanaan hubungan dengan teman sebaya.
f.     Siswa memiliki Kemampuan untuk mengembangkan tindakan alternatif sewaktu menghadapi masalah.
g.    Siswa memiliki Kemampuan menerapkan keterampilan interpersonal yang menarik untuk mengusahakan terjadi pertemuan pertama dengan siswa yang minta tolong.
h.    Siswa memiliki Kemampuan untuk mengembangkan keterampilan observasi atau pengamatan agar dapat membedakan tingkah laku abnormal dengan normal; terutama mengidentifikasi masalah dalam menggunakan minuman keras, masalah terisolasi, dan masalah kecemasan
i.      Siswa memiliki Kemampuan mengalih tangankan konsli untuk menolongnya memecahkan masalahnya jika dalam KTS tidak dapat menyelesaikan.
j.      Siswa memiliki Kemampuan mendemontrasikan kemampuan bertingkah laku yang beretika.
k.    Siswa memiliki Kemampuan mendemontrasikan pelaksanaan strategi konseling.

Konseling teman sebaya juga bermanfaat untuk mengajar siswa-siswa dengan cara efektif, membantu kawan-kawannya untuk meringankan perasaan terisolir, dan kesepian di sekolah. Disamping itu siswa yang menjadi konselor teman sebaya dapat berlatih mengatasi masalah mereka sendiri dengan cara yang rasional, positif dan bermoral.

BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengertian KTS (Konseling Teman Sebaya)
Konseling teman sebaya adalah program bimbingan yang dilakukan oleh siswa terhadap siswa yang lainnya. Siswa yang menjadi pembimbing sebelumnya diberikan latihan atau pembinaan oleh konselor. Siswa yang menjadi pembimbing berfungsi sebagai mentor atau tutor yang membantu siswa lain dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, baik akademik maupun non-akademik. Di samping itu dia juga berfungsi sebagai mediator yang membantu konselor dengan cara memberikan informasi tentang kondisi, perkembangan, atau masalah siswa yang perlu mendapat layanan bantuan bimbingan atau konseling.
Program konseling teman sebaya mempunyai alasan-alasan yang rasional, terstuktur, aktifitasnya khas atau spesifik, personal yang melakukannya juga khusus dan diorganisir secara terus menerus. Program ini merupakan usaha mempengaruhi (memperbaiki tingkah laku yang dimiliki oleh siswa), yaitu tingkah laku yang dapat membedakan antara tingkah laku yang pantas dengan tidak pantas, dan menggunakan tingkah laku yang pantas menjadi identitas pribadi yang diharapkan, serta menemukan berbagai cara pemecahkan masalah, dan memberikan pengalaman yang memberikan motifasi mengikuti pelatihan untuk pengembangan diri mereka sebagai orang dewasa yang matang dan bertanggung jawab.
Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dengan demikian, pada masa remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar.
Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya (Conger, 1991).
Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya (Beyth-Marom, et al., 1993; Conger, 1991; Deaux, et al, 1993; Papalia & Olds, 2001). Conger (1991) dan Papalia & Olds (2001) mengemukakan bahwa kelompok teman sebaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber informasi misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang menarik, musik atau film apa yang bagus, dan sebagainya (Conger, 1991).

2.       Mencapai Kematangan Dalam Hubungan Teman Sebaya untuk menyelesaikan Masalah
Keeratan, keterbukaan, dan perasaan senasib muncul di antara sesama remaja dapat menjadi peluang bagi upaya memfasilitasi perkembangan remaja. Disisi lain beberapa karakteristik psikologis remaja, misalnya emosional, labil, juga merupakan tantangan bagi efektifitas layanan terhadap mereka. Pentingnya teman sebaya bagi remaja tampak dalam konformitas remaja terhadap kelompok sebayanya. Konselor sebaya bukanlah konselor profesional atau ahli terapi. Mereka adalah para siswa (remaja) yang memberikan bantuan kepada siswa lain di bawah bimbingan konselor ahli. Dalam konseling sebaya, peran dan kehadiran konselor ahli tetap diperlukan. Dalam model konseling ini terdapat hubungan Triadik antara konselor ahli, konselor teman sebaya dan konseli teman sebaya.
Menurut  Dr.Suwarjo, dosen Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan UNY  memaparkan bahwa saat seorang remaja mendapatkan sebuah masalah, mereka lebih banyak sharing (curhat) kepada teman sebaya daripada kepada guru atau orang tua. Hal ini disebabkan karena sesama remaja tahu persis lika-liku masalah itu dan lebih spontan dalam mengadakan kontak.Masih menurut doktor bidang BK ini, konselor sebaya terlatih yang direkrut dari jaringan kerja sosial memungkinkan terjadinya sejumlah kontak yang spontan dan informal. Kontak-kontak yang demikian memiliki multiplying impact pada berbagai aspek dari remaja lain.
Bahkan, dapat menjadi  jembatan penghubung antara konselor profesional dengan para siswa (remaja) yang tidak sempat berjumpa dengan konselor.Sesuai dengan kemampuannya, konselor sebaya diharapkan mampu menjadi sahabat yang baik. Ia minimal menjadi pendengar aktif bagi teman sebayanya yang membutuhkan perhatian. Selain itu, ia juga mampu menangkap ungkapan pikiran dan emosi di balik ekspresi verbal maupun non verbal, berempatik tulus, dan bila memungkinkan mampu pecahkan masalah sederhana tersebut.

Daftar Pustaka
http://downloads.ziddu.com/downloadfile/12909922/MakalahKonselingTemanSebayaRemaja.docx.html

Senin, 19 Desember 2011

MAKALAH SOSIOLOGI

Kekuasaan, Wewenang, dan Kepemimpinan
Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan yang diperoleh atau kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku (Miriam Budiardjo,2002) atau Kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang mempengaruhi (Ramlan Surbakti,1992).

Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Kepemimpinan mempunyai kaitan yang erat dengan motivasi. Hal tersebut dapat dilihat dari keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung kepada kewibawaan, dan juga pimpinan itu dalam menciptakan motivasi dalam diri setiap orang bawahan, kolega, maupun atasan pimpinan itu sendiri.
Gaya kepemimpinan
1. Otokratis. Kepemimpinan seperti ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya. Jadi kekuasaanlah yang sangat dominan diterapkan.
2. Demokrasi. Gaya ini ditandai adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Di bawah kepemimpinan demokratis cenderung bermoral tinggi dapat bekerjasama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri.
3. Gaya kepemimpinan kendali bebas. Pemimpin memberikan kekuasan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi bersifat longgar dan pemimpin bersifat pasif.

Wewenang didefinisikan sebagai kekuasaan membuat keputusan, memerintah, dan melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain; fungsi yang boleh tidak dilaksanakan. Kewenangan atau wewenang dalam literatur berbahasa Inggris disebut authority atau competence, sedang dalam bahasa Belanda disebut gezag atau bevoegdheid. Wewenang adalah kemampuan untuk melakukan suatu tindakan hukum publik atau kemampuan bertindak yang diberikan oleh undang-undang yang berlaku untuk melakukan hubungan-hubungan hukum.
Kewenangan adalah kekuasaan yang diformalkan (secara hukum) baik terhadap segolongan orang tertentu maupun terhadap suatu bidang pemerintahan tertentu. Dalam negara yang menganut sistem negara hukum, kekuasaan sering bersumber dari wewenang formal (formal authority) yang memberikan kekuasaan atau wewenang kepada seseorang dalam suatu bidang tertentu. Definisi wewenang dalam kontek pembahasan ini yaitu mendahulukan perang dari pada wewenang atau kekuasaaan.
Unsur- unsur saluran kekuasaan dan dimensinya
Kekuasan yang dapat dijumpai pada interaksi sosial antara manusia maupun antar kelompok mempunyai beberapa unsur pokok,yaitu :
  1. Rasa takut:Rasa tukut terjadi karena otoriter sebuah pemimpin yang akan menimbulkan  kecenderungan untuk berontak.
  1. Rasa Cinta:Menghasilakn hal-hal yang positif yang sudah mendarah daging bagi pelakunya.
  1. Kepercayaan:Timbul dari kegiaan asosiatif
  1. Pemujaan:Kebenaran dari setiap tindakan penguasa.
Saluran – saluran dalam masyarakat :
  1. Saluran Militer
  2. Saluran Ekonomi
  3. Saluran Politik
  4. Saluran Tradisional
  5. Saluran Ideologi
  6. Saluran-saluran lain
 Cara-cara mempertahankan kekuasaan
  1. Menghilangkan peraturan lama,terutama dalam bidang politik.
  2. Mengadakan system-sistem kepercayaan
  3. Pelaksanaan administrasi dan birokrasi yang baik
  4. Mengadakan konsolidasi vertical dan horizontal.
 Beberapa bentuk lapisan kekuasaan
Menurut Mac Iver  ada tiga pola umum sisem kekuasaan atau piramida kekuasan :
  1. Tipe pertama( bertipe kata) adalah sistem  lapisan kekuasaan dengan garis pemisah yang tegas dan kaku. Dijumpai dalam masyarakat berkasta.
  2. Tipe Oligarkis adalah tipe yang masih mempunyai garis pemisah yang tegas
  3. Tipe demokratis menunjukan kenyatan akan adanya garis pemisah antara lapisan yang sifanya mobil sekali.Di unggulkan dalam kemampuan dan bukan kelahiran.



Wewenang
Ada beberapa bentuk wewenang :
  1. Wewenang Kharismatik,Tradisional,dan Rasional ( legal), Perbedaan ketiganya dikemukakan Max Weber. Diasri dari hubungan antara tindakan dengan dasar hukum yang berlaku.
  1. Wewenang Resmi dan Tidak Resmi, Wewenang tidak resmi  biasanya timbul dalam hubungan –hubungan antar pribadi –pribadi yang sifatnya situasional, dan sangat ditentukan oleh kepribadian para pihak. Sedangkan wewenang resmi sifatnya sistematis,diperhiungkan dan rasional.
  1. Wewenang Pribadi dan Teritorial, Pembedanya timbul dari sifat dan dasar- kelompok-kelompok sosial tertentu.
  1. Wewenang terbatas dan menyeluruh, Bahwa wewenang tidak mencakup semua sektor atau bidang kehidupan.
Kepemimpinan (Leadeship)
1. Umum:  Bahwa kepempinan adalah kemapuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain.
2. Pekembangan Kepemimpinan dan Sifat-sifat seorang pemimpin
3. Kepemimpinan menurut ajran tradisional
4. Sandaran –sandaran kepemimpinan dan kepemimpinan yang dianggap efektif
Fungsi kepemimpinan ditinjau dari sisi kemasyarakatan adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Perencanaan
Seorang pemimpin perlu membuat perencanaan yang menyeluruh bagi organisasi dan bagi diri sendiri selaku penanggung jawab tercapainya tujuan dari kepemimpinan
2. Fungsi memandang ke depan
Seorang pemimpin yang senantiasa memandang ke depan berarti akan mampu mendorong apa yang akan terjadi serta selalu waspada terhadap kemungkinan. Hal ini memberikan jaminan bahwa jalannya proses pekerjaan ke arah yang dituju akan dapat berlangusng terus menerus tanpa mengalami hambatan dan penyimpangan yang merugikan. Oleh sebab seorang pemimpin harus peka terhadap perkembangan situasi baik di dalam maupun diluar organisasi sehingga mampu mendeteksi hambatan-hambatan yang muncul, baik yang kecil maupun yang besar.
3. Fungsi pengembangan loyalitas
Pengembangan kesetiaan ini tidak saja diantara pengikut, tetapi juga unutk para pemimpin tingkat rendah dan menengah dalam organisai. Untuk mencapai kesetiaan ini, seseorang pemimpin sendiri harus memberi teladan baik dalam pemikiran, kata-kata, maupun tingkah laku sehari – hari yang menunjukkan kepada anak buahnya pemimpin sendiri tidak pernah mengingkari dan menyeleweng dari loyalitas segala sesuatu tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya.
4. Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan merupakan fungsi pemimpin untuk senantiasa meneliti kemampuan pelaksanaan rencana. Dengan adanya pengawasan maka hambatan – hambatan dapat segera diketemukan, untuk dipecahkan sehingga semua kegiatan kembali berlangsung menurut rel yang elah ditetapkan dalam rencana .
5. Fungsi mengambil keputusan
Pengambilan keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang tidak mudah dilakukan. Oleh sebab itu banyak pemimpin yang menunda untuk melakukan pengambilan keputusan. Bahkan ada pemimpin yang kurang berani mengambil keputusan. Metode pengambilan keputusan dapat dilakukan secara individu, kelompok tim atau panitia, dewan, komisi, referendum, mengajukan usul tertulis dan lain sebagainya.
Dalam setiap pengambilan keputusan selalu diperlukan kombinasi yang sebaik-baiknya dari :
a. Perasaan, firasat atau intuisi
b. Pengumpulan, pengolahan, penilaian dan interpretasi fakta-fakta secara rasional – sistematis.
c. Pengalaman baik yang langusng maupun tidak langsung.
d. Wewenang formal yang dimiliki oleh pengambil keputusan. Dalam pengambilan keputusan seorang pemimpin dapat menggunakan metode – metode sebagai berikut :
i. Keputusan – keputusan yang sifatnya sederhana individual artinya secara sendirian.
ii. Keputusan – keputusan yang sifatnya seragam dan diberikan secara terus menerus dapat diserahkan kepada orang – orang yang terlatih khusus untuk itu atau dilakukan dengan menggunakan komputer.
iii. Keputusan – keputusan yang bersifat rumit dan kompleks dalam arti menjadi tanggung jawab masyarkat lebih baik diambil secara kelompok atau majelis. Keputusan – keputusan yang bersifat rumit dan kompleks sebab masalahnya menyangkut perhitungan – perhitungan secara teknis agae diambil dengan bantuan seorang ahli dalam bidang yang akan diambil keputusannya.
6. Fungsi memberi motivasi
Seorang pemipin perlu selalu bersikap penuh perhatian terhadap anak buahnya. Pemimpin harus dapat memberi semangat, membesarkan hati, mempengaruhi anak buahnya agar rajinbekerja dan menunjukkan prestasi yang baik terhadap organisasi yang dipimpinnya. Pemberian anugerah yang berupa ganjaran, hadiah, piujian atau ucapan terima kasih sangat diperlukan oleh anak buah sebab mereka merasa bahwa hasil jerih payahnya diperhatikan dan dihargai oleh pemimpinnya.
Di lain pihak, seorang pemimpin harus berani dan mampu mengambil tindakan terhadap anak buahnya yang menyeleweng, yang malas dan yang telah berbuat salah sehingga merugikan organisasi, dengan jalan memberi celaan, teguran, dan hukuman yang setimpal dengan kesalahannya.


                                       Perubahan Sosial dan Kebudayaan”

Pengertian perubahan sosial budaya menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :

1. Selo Soemardjan

Perubahan sosial adalah perubahan pada lembaga masyarakat dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosial termasuk di dalamnya nilai, sikap, dan pola perilaku dalam suatu kelompok masyarakat.
2.Mac Iver
Perubahan sosial adalah perubahan dalam hubungan sosial atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan hubungan sosial.
3.Samuel Koening
Perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia.
4.hans Garth dan C. Wright Mills
Perubahan sosial adalah apapun yang terjadi dalam kurun waktu tertentu terhadap peran, lembaha atau tatanan yang meliputi hubungan sosial.
5.J.P. Gillin dan J.L. Gillin
Perubahan sosial adalah suatu varuasi dari cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan materil, komposisi penduduk dan ideologi, maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.
6.Parsudi Suparlan
Perubahan sosial adalah perubahan dalam struktur sosial dan pola-pola hubungan sosial yang mencangkup sistem status, hubungan keluarga, sistem politik, dan kekuasaan maupun penduduk.
7.Kingsley
Perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.
Perubahan kebudayaan adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur kebudayaan karena adanya perubahan pola berfikir masyarakat Indonesia yang menjadi pendukung kebudayaan. Kebudayaan dan masyarakat mempunyai hubungan yang sangat erat. Masyarakat tidak mungkin hidup tanpa kebudayaan dan kebudayaan hanya mungkin ada dalam masyarakat sehingga masyarakat dan kebudayaan sering disebut sebagai dwi tunggal.
Perubahan sosial dan kebudayaan adalah peristiwa terjadinya perubahan berubahnya struktur sosial dan pola budaya pada masyarakat. Perubahan sosial dan kebudayaan adalah gejala umum yang terjadi sepanjang masa. Perubahan ini dapat terjadi karena adanya hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu menginginkan adanya perubahan.

Unsur-unsur kebudayaan

Kebudayaan memiliki unsur-unsur yang universal, yaitu unsur-unsur dasar yang umum dijumpai pada setiap kebudayaan di mana pun di dunia ini. Unsur-unsur kebudayaan yang bersifat universal meliputi tujuh unsur, yaitu
a. Bahasa
b. Sistem pengetahuan
c. Sistem organisasi sosial
d. Sistem teknologi
e. Sistem mata pencaharian
f. Sistem religi atau kepercayaan
g. Kesenian

Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sosial dan budaya

Kehidupan sosial dan budaya masyarakat Indonesia bersifat dinamis, yaitu selalu berubah dan berkembang sejalan dengan perubahan pola fikir dan cara hidup manusia. Perubahan sosial dan budaya masyarakat dapat terjadi karena faktor-faktor yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri ataupun yang berasal dari luar masyarakat.
 a. Faktor-faktor yang berasal dari dalam masyarakat
1. Bertambah dan berkurangnya jumlah penduduk
2. Penemuan-penemuan baru (inovasi)
3. Konflik (pertentangan) dalam masyarakat
4. Terjadinya pembrontakan (revolusi) dalam masyarakat
  b. Faktor-faktor yang berasal dari luar masyarakat
1. Perubahan lingkungan alam
2. Terjadinya peperangan dengan Negara lain
3. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
4. Difusi kebudayaan
- Difusi kebudayaan
- Akulturasi
- Asimilasi

Hubungan antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan

Hubungan antara perubahan sosial dan perubahan kebudayan sangatlah erat. Dalam kehidupan sehari-hari sangatlah sukar untuk menentukan garis pemisah antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan. Akan tetapi, dalam kenyataan sehari-hari dapat kita lihat bahwa perubahan kebudayaan tidak selamanya diikuti oleh perubahan sosial. Sebaliknya, sulit membayangkan terjadinya perubahan sosial tanpa didahului oleh suatu perubahan kebudayaan.
Akibat perubahan sosial
1. Timbulnya masalah sosial
2. Timbulnya perubahan sikap hidup
3. Timbulnya krisis masyarakat
Perubahan kebudayaan ruang lingkupnya lebih luas karena mencakup semua bagian kebudayaan termasuk di dalamnya kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, dan bentuk serta aturan organisasi sosial. Adapun proses perubahan sosial dan kebudayaan meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Penyesuaian masyarakat terhadap perubahan. Dengan adanya keseimbangan dalam masyarakat dimaksudkan sebagai keadaan yang dimana diantara masyarakat berfungsi dan saling mengisi.
2. Saluran-saluran perubahan sosial kebudayan umumnya melalui bidang pemerintahan, ekonomi, dan pendidikan.
3. Adanya disintegrasi atau disorganisasi, yaitu proses pudarnya norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat karena perubahan yang terjadi.
4. Reorganisasi atau reintegrasi, yaitu proses perubahan norma-norma dan nilai-nilai yang baru untuk menyesuaikan diri dengan lembaga kemasyarakatan yang mengalami perubahan. Proses ini dilakukan bilamana norma dan nilai yang baru telah meresap di masyarakat.

MAKALAH KEBUDAYAAN INTERNASIONAL

Bab I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang Masalah
Jepang merupakan Negara yang di juluki Negara matahari dan Negara bunga
sakura, mengapa demikian? Karena di Negara jepang mayoritas beragama Shinto yang menyembah matahari sehingga disebut Negara matahari, sedangkan julukan Negara bunga sakura di berikan karena banyak bunga sakura yang tumbuh si tanah jepang, bahkan untuk menyambut musim semi sakura orang jepang mempunyai suatu tradisi, yaitu biasa disebut perayaan hanami (perayaan melihat mekarnya bunga) sebagai symbol kebahagiaan karena datangnya musim semi, di mana di saat itu bunga sakura mekar dengan cantiknya. Di setiap budayanya mempunyai arti tersendiri. Dari zaman jomon sampai zaman hesei sekarang,
orang jepan mampu melestarikan kebudayaannya sendiri.

B.           Tujuan Penulisan

1.      Sebagai bahan perbandingan dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan dan Sumber Daya Manusia di negara kita.
2.      Untuk menambah wawasan pengetahuan tentang pendidikan formal, tujuan pendidikan, serta kurikulum yang diterapkan di negara Jepang.
3.      Agar pembaca dapat memetik nilai-nilai postif masyarakat Jepang seperti : budaya kerja keras, disiplin waktu, dll. Dari negara tersebut untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bab II
PEMBAHASAN
A.     Geografis negara Jepang
Jepang adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga dengan Republik Rakyat Cina, Korea, dan Rusia. Pulau-pulau paling utara berada di Laut Okhotsk, dan wilayah paling selatan berupa kelompok pulau-pulau kecil di Laut Cina Timur, tepatnya di sebelah selatan Okinawa yang bertetangga dengan Taiwan.
Jepang terdiri dari 6.852 pulau yang membuatnya merupakan suatu kepulauan. Pulau-pulau utama dari utara ke selatan adalah Hokkaido, Honshu (pulau terbesar), Shikoku, dan Kyushu. Sekitar 97% wilayah daratan Jepang berada di keempat pulau terbesarnya. Sebagian besar pulau di Jepang bergunung-gunung, dan sebagian di antaranya merupakan gunung berapi. Gunung tertinggi di Jepang adalah Gunung Fuji yang merupakan sebuah gunung berapi. Penduduk Jepang berjumlah 128 juta orang, dan berada di peringkat ke-10 negara berpenduduk terbanyak di dunia. Tokyo secara de facto adalah ibu kota Jepang, dan berkedudukan sebagai sebuah prefektur. Tokyo Raya adalah sebutan untuk Tokyo dan beberapa kota yang berada di prefektur sekelilingnya. Sebagai daerah metropolitan terluas di dunia, Tokyo Raya berpenduduk lebih dari 30 juta orang.
B.     Kebudayaan negara Jepang
Budaya Jepang mencakup interaksi antara budaya asli Jomon yang kokoh dengan pengaruh dari luar negeri yang menyusul. Mula-mula Cina dan Korea banyak membawa pengaruh, bermula dengan perkembangan budaya Yayoi sekitar 300 SM. Gabungan tradisi budaya Yunani dan India, memengaruhi seni dan keagamaan Jepang sejak abad ke-6 Masehi, dilengkapi dengan pengenalan agama Buddha sekte Mahayana. Sejak abad ke-16, pengaruh Eropa menonjol, disusul dengan pengaruh Amerika Serikat yang mendominasi Jepang setelah berakhirnya Perang Dunia II. Jepang turut mengembangkan budaya yang original dan unik, dalam seni (ikebana, origami, ukiyo-e), kerajinan tangan (pahatan, tembikar, persembahan (boneka bunraku, tarian tradisional, kabuki, noh, rakugo), dan tradisi (permainan Jepang, onsen, sento, upacara minum teh, taman Jepang), serta makanan Jepang.
Negara Jepang kaya dengan berbagai kebudayaan leluhurnya yang beraneka ragam. Walaupun saat ini perkembangan teknologi di Jepang terusmeningkat, namun sisi tradisional masuh terus dilestarikan hingga sekarang ini. Berikut ini adalah salah satu dari berbagai macam kebudayaan Jepang yang masih terus berlangsung hingga saat ini.
Adakalanya kita perlu mengetahui seperti apa kebudayaan jepang itu, mungkin dengan mengetahui beberapa kebudayaan jepang kita bisa sedikit meniru cara melestarikan kebudayaannya, mungkin bisa saja kebudayaan kita tetap terjaga dan tetap di lakukan seperti kebudayaan jepang, berikut beberapa contoh kebudayaan jepang:
Ø  Perayaan hanami

Hanami (hana wo miru = melihat bunga) atau ohanami adalah tradisi Jepang dalam menikmati keindahan bunga, khususnya bunga sakura.
Mekarnya bunga sakura merupakan lambang kebahagiaan telah tibanya musim semi. Selain itu, hanami juga berarti piknik dengan menggelar tikar untuk pesta makan-makan di bawah pohon sakura. Rombongan demi  rombongan berpiknik menggelar tikar dan duduk-duduk di bawah pepohonan sakur untuk  bergembira bersama, minum sake, makan makanan khas Jepang, dan lain-lain layaknya pesta kebun. Semuanya bergembira. Ada kelompok keluarga, ada kelompok perusahaan, organisasi, sekolah dan lain-lain.
Menurut kisah sejarah, kebiasaan hanami dipengaruhi oleh raja-raja Cina yang gemar menanam pohon plum di sekitar istana mereka. Di Jepang para bangsawanpun kemudian mulai menikmati bunga Ume (plum). Namun pada abad ke-8 atau awal periode Heian, obyek bunga yang dinikmati bergeser ke bunga sakura. Dikisahkan pula bahwa Raja di era Jepang dahulu gemar menyelenggarakan pesta hanami di taman Shinsenen di Kyoto. Para bangsawanpun menikmati hanami di berbagai istana mereka, dan para petani  masa itu melakukannya dengan mendaki gunung terdekat di awal musim semi untuk menikmati bunga sakura yang tumbuh disana sambil tidak lupa membawa bekal  untuk makn siang. Hingga kini hanami menjadi kebiasaan yang mengakar di seluruh masyarakat Jepang dan telah di terima sebagai salah satu kekhasan bangsanya. Khusus di daerah Kansai dan Jepang Barat, tempat-tempat unggulan untuk ber-hanami adalah Arashiyama di Kyoto, Yoshino di Nara, taman disekitar OsakaCastle dan Taman Shukugawa di Nishinomiya, Prefektur Hyogo.
Ø  Samurai

Istilah samurai ( ), pada awalnya mengacu kepada ”seseorang yang mengabdi kepada bangsawan”.  Pada  zaman Nara, (710 – 784), istilah ini diucapkan saburau dan kemudian menjadi saburai. Selain itu terdapat pula istilah lain yang mengacu kepada samurai yakni bushi. Istilah bushi ( 武士 ) yang berarti “orang yang  dipersenjatai/kaum militer”, pertama kali muncul di dalam Shoku Nihongi ( 続日本紀 ), pada bagian catatan itu tertulis “secara umum, rakyat dan pejuang (bushi) adalah harta negara”. Kemudian berikutnya istilah samurai dan bushi menjadi sinonim pada akhir abad ke-12 (zaman  Kamakura).
Ø  Shogun
Shogun (将軍 Shōgun) adalah istilah bahasa Jepang  yang berarti jenderal. Dalam konteks sejarah Jepang, bila disebut pejabat shogun maka yang dimaksudkan adalah Sei-i Taishōgun ( 征夷大将軍) yang berarti Panglima Tertinggi Pasukan Ekspedisi melawan Orang Biadab (istilah"Taishōgun" berarti panglima angkatan bersenjata). Sei-i Taishōgun merupakan salah satu jabatan jenderal yang dibuat di luar sistem Taihō Ritsuryō. Jabatan Sei-i Taishōgun dihapus sejak Restorasi Meiji. Walaupun demikian, dalam bahasa Jepang, istilah shōgun yang berarti jenderal dalam kemiliteran tetap digunakan hingga sekarang.





Ø  Baju tradisional jepang
a)     Kimono
                                     
Kimono (着物) adalah pakaian tradisional Jepang. Arti harfiah kimono adalah baju atau sesuatu yang  dikenakan (ki berarti pakai, dan mono berarti barang). Pada zaman sekarang, kimono berbentuk seperti huruf "T", mirip mantel berlengan panjang dan berkerah. Panjang kimono dibuat hingga ke pergelangan kaki.
Wanita mengenakan kimono berbentuk baju terusan, sementara pria mengenakan kimono berbentuk setelan. Kerah bagian kanan harus berada di bawah kerah bagian kiri. Sabuk kain yang disebut obi dililitkan di bagian perut/pinggang, dan diikat di bagian punggung. Alas kaki sewaktu mengenakan kimono adalah zōri atau geta.Kimono sekarang ini lebih sering dikenakan wanita pada kesempatan istimewa. Wanita yang belum menikah mengenakan sejenis kimono yang disebut furisode.Ciri khas furisode adalah lengan yang lebarnya hampir menyentuh lantai. Perempuan yang genap berusia 20 tahun mengenakan furisode untuk menghadiri seijin shiki.



b)     Kimono wanita
·         Kurotomeso
Tomesode adalah kimono paling formal untuk wanita yang sudah menikah.

·         Irotomesode
Tomesode yang dibuat dari kain berwarna disebut irotomesode (arti harfiah:  tomesode berwarna). Bergantung kepada tingkat formalitas acara, pemakai bisa memilih jumlah lambang keluarga pada kain kimono, mulai dari satu, tiga,hingga lima buah untuk acara yang sangat formal. Kimono jenis ini dipakai oleh wanita dewasa yang sudah/belum menikah. Kimono jenis irotomesode dipakai untuk menghadiri acara yang tidak memperbolehkan tamu untuk datang memakai kurotomesode, misalnya resepsi di istana kaisar. Sama halnya seperti kurotomesode, ciri khas irotomesode adalah motif indah pada suso.

·         Furisode
           
Furisode adalah kimono paling formal untuk wanita muda yang belum menikah. Bahan berwarna-warni cerah  dengan motif mencolok di seluruh bagian kain. Ciri khas furisode adalah bagian lengan yang sangat lebar dan menjuntai ke bawah. Furisode dikenakan sewaktu menghadiri upacara seijin shiki, menghadiri resepsi pernikahan teman, upacara wisuda, atau hatsumode. Pakaian pengantin wanita yang disebut hanayome iso termasuk salah satu jenis furisode.






·         Homongi

Hōmon-gi (訪問着, arti harfiah: baju untuk berkunjung) adalah kimono formal untuk  wanita, sudah menikah atau belum menikah. Pemakainya bebas memilih untuk memakai  bahan yang bergambar lambang keluarga atau tidak. Ciri khas homongi adalah motif di seluruh bagian kain, depan dan belakang. Homongi dipakai sewaktu menjadi tamu resepsi pernikahan, upacara minum teh, atau merayakan tahun baru.

·         Kimono pria
Kimono pria dibuat dari bahan berwarna gelap seperti hijau tua, coklat tua, biru tua, dan hitam. Bagian punggung montsuki dihiasi lambang keluarga pemakai. Setelan montsuki yang dikenakan bersama hakama dan haori merupakan busana pengantin pria tradisional. Setelan ini hanya dikenakan sewaktu menghadiri upacara sangat resmi, misalnya resepsi pemberian penghargaan dari kaisar/pemerintah atau seijin shiki.

Accessories pelengkap pakaian tradisional Jepang :
a.      Hakama
Hakama ini terbuat dari kain dengan bahan katun, berfungsi sebagai celana. Hakama merupakan pakain tradisional Jepang yang di dalamnya terdapat beberapa lipatan yang mempunyai arti religius bagi orang Jepang.
Dua lipatan di belakang menurut mitos Jepang berarti penggabungan Jepang pada zaman dulu, yaitu diselamatkannya Dewa Perang (TAKE-MIKAZUCHI-NO-KAMI) oleh Dewa Matahari (FUTSU-NUSHI-NO-KAMI). KOSHI-ITA diantara kedua lipatan menggambarkan Dewa Matahari AMATERASU-OMIKAMI. Ini sesungguhnya adalah penggambaran suatu konsep WA (keselarasan dan kerukunan).
Lima lipatan di sisi bagian depan Hakama menggambarkan lima prinsip, dimana satu bagian merupakan pemersatu. Bagian - bagian ini mempunyai arti : JIN (kasih sayang), GI (kebajikan/kebenaran), REI (kesopanan), CHI (kearipan/bijaksana), dan SHIN (ketulusan/ kesungguhan hati).




b.     Geta(alas kaki )

c.      Okobo
4613-5.jpg
Semacam geta juga, tapi dibuat agak tinggi. Kenapa? Supaya tidak mengotori kimono kalau lagi jalan, biasa dipakai oleh maiko / geisha magang, dan sering juga dipakai saat pernikahan oleh pengantin wanita.
d.     Kanzash
  
Kanzash adalah hiasan rambut seperti tusuk konde yang disisipkan ke rambut sewaktu memakai kimono.




e.      Obi
Obi () adalah sabuk pinggang dari kain yang dipakai sewaktu mengenakan kimono atau keikogi.
f.        Tabi
Tabi adalah kaus kaki sepanjang betis yang dibelah dua pada bagian jari kaki untuk memisahkan jempol kaki dengan jari-jari kaki yang lain. Tabi dipakai sewaktu memakai sandal, walaupun ada Tabi dari kain keras yang dapat dipakai begitu saja seperti sepatu bot.
g.      Waraji
            
Waraji adalah sandal dari anyaman tali jerami / batang padi.
h.     Zōri
Sendal jepit, bentuknya agak miring, namun lebih tinggi bagian belakangnya. Biasa dipakai di acara yang  formal. Wanita biasa memakai zouri yang berwarna merah, sekalian pakai tabi / kaus kaki juga.
C.      Mata pencaharian masyarakat jepang
Jepang termasuk negara industri terbesar didunia, dari barang keperluan sehari-hari seperti sumpit, sampai industri berat seperti pembuatan kapal. Oleh karena itu, banyak orang jepang yang bekerja sebagai karyawan. Para karyawan perusahaan menghabiskan banyak waktu di kantor dan sering kali harus menempuh jarak jauh dari rumah ketempat kerjanya. Sama seperti di Indonesia, terkadang perusahaan mengalihtugaskan karyawan kecabang dikota lain.
Meskipun perindustrian sudah sangat maju, masyarakat Jepang tidak meninggalkan mata pencaharian primer seperti pertanian dan perikanan. Selain itu ada juga banyak bisnis kecil, seperti usaha milik keluarga, sanggar seni, restoran kecil, serta toko di lingkungan perumahan. Bisnis demikian acapkali merupakan bisnis keluarga yang diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi.
Komposisi tenaga kerja Jepang banyak mengalami perubahan.
Jumlah perempuan yang bekerja sebagai karyawan tetap di perusahaan mengalami peningkatan dibandingkan sebelumnya. Berbeda dengan generasi sebelumnya yang berpendapat bahwa sering berpindah kerja itu tidak baik, generasi muda jepang saat ini lebih sering berpindah kerja.

D.     Agama
Kepercayaan orang Jepang terhadap agama merupakan salah satu hal yang tidak bisa dipahami tentang bangsa Jepang. Sebenarnya di Jepang sendiri ada banyak lembaga keagamaan, dan ada juga orang-orang yang sangat percaya pada suatu agama tertentu.
Penganut agama di Jepang menurut Kementerian Pendidikan Jepang: Shinto sekitar 107 juta orang, agama Buddha sekitar 89 juta orang, Kristen dan Katolik sekitar 3 juta orang, serta agama lain-lain sekitar 10 juta orang (total seluruh penganut agama: 290 juta orang). Total penganut agama di Jepang hampir dua kali lipat dari total penduduk Jepang. Penganut agama Shinto dan Buddha dalam berbagai sekte saja sudah mencapai 200 juta. Total penganut agama di Jepang melebihi jumlah penduduk disebabkan cara pengumpulan data dan tradisi beragama orang Jepang.
Ada 2 kepercayaan yang dianut oleh masyarakat jepang, agama ini merupakan kepercayaan asli  yang telah dianut sejak dulu kala. Adapun kepercayaan tersebut yaitu kepercayaan SHINTO dan  TAOISME.
1.      Kepercayaan SHINTO
Sebagai agama asli bangsa Jepang, agama tersebut memiliki sifat yang cukup unik. Proses terbentuknya, bentuk-bentuk upacara keagamaannya maupun ajaran-ajarannya memperlihatkan perkembangan yang sangat ruwet. Banyak istilah-istilah dalam agama Shinto yang sukar dialih bahasakan dengan tepat ke dalam bahasa lainnya. Kata-kata Shinto sendiri sebenarnya berasal dari bahasa China yang berarti “jalan para dewa”, “pemujaan para dewa”, “pengajaran para dewa”, atau “agama para dewa”. Dan nama Shinto itu sendiri baru dipergunakan untuk pertama kalinya untuk menyebut agama asli bangsa Jepang itu ketika agama Buddha dan agama konfusius (Tiongkok) sudah memasuki Jepang pada abad keenam masehi.
Dalam agama Shinto yang merupakan perpaduan antara faham serba jiwa (animisme) dengan pemujaan terhadap gejala-gejala alam mempercayai bahwasanya semua benda baik yang hidup maupun yang mati dianggap memiliki ruh atau spirit, bahkan kadang-kadang dianggap pula berkemampuan untuk bicara, semua ruh atau spirit itu dianggap memiliki daya kekuasaan yang berpengaruh terhadap kehidupan mereka (penganut Shinto).
Dewa-dewa dalam agama Shinto jumlahnya tidak terbatas, bahkan senantiasa bertambah, hal ini diungkapkan dalam istilah “Yao-Yarozuno Kami” yang berarti “delapan miliun dewa”. Menurut agama Shinto kepercayaan terhadap berbilangnya tersebut justru dianggap mempunyai pengertian yang positif. Sebuah angka yang besar berarti menunjukkan bahwa para dewa itu memiliki sifat yang agung, maha sempurna, maha suci dan maha murah. Oleh sebab itu angka-angka seperti 8, 80, 180, 5, 100, 10, 50, 100, 500 dan seterusnya dianggap sebagai angka-angka suci karena menunjukkan bahwa jumlah para dewa itu tidak terbatas jumlahnya.
Adanya tiga hal yang terdapat dalam konsepsi kedewaan agama Shinto, yaitu :
1.      Dewa-dewa yang pada umumnya merupakan personifikasi dari gejala-gejala alam itu        dianggap dapat mendengar, melihat dan sebagainya sehingga harus dipuja secara langsung.
2. Dewa-dewa tersebut dapat terjadi (penjelmaan) dari roh manusia yang sudah meninggal.
3. Dewa-dewa tersebut dianggap mempunyai spirit (mitama) yang beremanasi dan berdiam di      tempat-tempat suci di bumi dan mempengaruhi kehidupan manusia.
Peribadatan agama Shinto
Agama Shinto sangat mementingkan ritus-ritus dan memberikan nilai sangat tinggi terhadap ritus yang sangat mistis. Menurut agama Shinto watak manusia pada dasarnya adalah baik dan bersih. Adapun jelek dan kotor adalah pertumbuhan kedua, dan merupakan keadaan negatif yang harus dihilangkan melalui upacara pensucian (Harae). Karena itu agama Shinto sering dikatakan sebagai agama yang dimulai dengan dengan pensucian dan diakhiri dengan pensucian. Upacara pensucian (Harae) senantiasa dilakukan mendahului pelaksanaan upacara-upacara yang lain dalam agama Shinto.
Ritus-ritus yang dilakukan dalam agama Shinto terutama adalah untuk memuja dewi Matahari (Ameterasu Omikami) yang dikaitkan dengan kemakmuran dan kesejahteraan serta kemajuan dalam bidang pertanian (beras), yang dilakukan rakyat Jepang pada Bulan Juli dan Agustus di atas gunung Fujiyama.
2.      TAOISME.
Latar belekang munculnya kepercayaan taoisme. Menurut tradisi, taoisme berasal dari seorang ahli pikir tiongkok yang terkenal dengan nama “Lao tzu” (guru tua) yang diperkirakan lahir pada tahun 600 SM dan ada yang mengatakan ia lahir pada tahun 640 SM. Beberapa sarjana menyatakan bahwa beliau hidup tiga abad kemudian dari tahun tersebut, sedangkan dari sarjana lainnya lagi bersikap ragu-ragu apakah beliau ini pernah benar-benar ada. Menurut dugaan, Lao tzu hidup 50 tahun lebih dahulu dari pada Kun Fu Tse. Karena tahun kelahiran Kun Fu Tse diperkirakan pada 551 SM. Mengenai orang tuanya, masa kanak-kanak serta pendidikannya tidak banyak diketahui orang sebab tidak pernah ditulis dalam buku sejarah. Akan tetapi setelah ajaran-ajarannya yang berhubungan dengan mistik mulai dikenal oleh para ahli pengetahuan dan ahli filsafat di seluruh Tiongkok dalam masa-masa kemudian, maka baru timbul legenda tentang kehidupannya meskipun legenda tersebut tetap masih berupa teka-teki.
Ajaran Taoisme.
Ajaran-ajaran Taoisme tercantum dalam kitabnya yang terkenal dengan nama “Tao Te’ King”. Dengan gambaran sifat-sifat Tao yang demikian rumitnya itu maka manusia hanya akan dapat menagkapnya melalui semedi (tafakur) atau pandangan dalam, sehingga ia tak dapat diuraikan dalam untaian dan lukisan kata-kata. Untuk lebih memudahkan memahami pengertian sifat-sifat Tao maka Tao diberi sifat sebagai berikut :
a)     Tao bersifat Transendent juga ia bersifat Immanent artinya benda dalam alam kita.
b)     Tao diartikan sebagai “Jalannya Universum” (jagad raya) yakni merupakan norma-norma, irama dan kekuatan pengatur alam ini. Oleh karena itu Tao, dengan pengertian ini dapat disamakan dengan “elan vitale” (kekutan dasar) dunia. Alam raya (universum) harus mengikuti jalannya yang telah ditetapkan supaya mendapatkan keseimbangan dan kestabilan.
c)      Tao berarti sebagai suatu cara dengan mana orang harus mengatur hidupnya agar sejalan dengan yang diperbuatnya oleh alam (universum).

E.      BAHASA
Bahasa Jepang terbagi kepada dua bentuk yaitu Hyoujungo pertuturan standar, dan Kyoutsugo, pertuturan umum. Hyoujungo adalah bentuk yang diajarkan di sekolah dan digunakan di televisi dan segala perhubungan resmi.
 Bahasa Asli Jepang yaitu berasal dari bahasa asli pemukim Jepang zaman dahulu disebut yamato kotoba yang berarti kosa kata Yamato. Kosakata Jepang sebagian besar berakar atau berasal dari Cina disebut kango yang masuk pada abad ke-5 lewat Semenanjung Korea. Jepang banyak mengadopsi kosakata dari bahasa Inggris, kata-kata adopsi ini umumnya ditulis menggunakan huruf katakana. Contoh: (maikaa - sama dengan pelafalan "my car") yang berarti "mobil saya"
·         Tulisan bahasa Jepang
Tulisan bahasa Jepang berasal dari tulisan bahasa China (漢字/kanji) yang diperkenalkan pada abad keempat Masehi. Sebelum ini, orang Jepang tidak mempunyai sistem penulisan sendiri.
Tulisan Jepang terbagi kepada tiga:
1)     aksara Kanji, yang berasal dari China,
2)     aksara Hiragana
3)     aksara Katakana,
F.      Politik
Jepang menganut sistem negara monarki konstitusional yang sangat membatasi kekuasaan Kaisar Jepang. Sebagai kepala negara seremonial, kedudukan Kaisar Jepang diatur dalam konstitusi sebagai "simbol negara dan pemersatu rakyat". Kekuasaan pemerintah berada di tangan Perdana Menteri Jepang dan anggota terpilih Parlemen Jepang, sementara kedaulatan sepenuhnya berada di tangan rakyat Jepang. Kaisar Jepang bertindak sebagai kepala negara dalam urusan diplomat.
 
Bab III
KESIMPULAN
      Negar Jepang adalah negara yang yang sangat maju dengan perindustriannya. Oleh sebab itu negara tersebut di sebut dengan negara yang cukup maju. Namun demikin kebudayaan yang ada di jepang tersebuat memiliki nilia intristik tersendiri yang membuat negara sakura tersebut memiliki daya tarik tersendiri.
Kesuksesan dari negara maju inilah yang patut kita contoh bagi negara kita dimana harus ada kerjasama yang baik antar berbagai sistem yang ada di negara terutama sistem pendidikan yang kaitannya dengan peningkatan kualitas manusia. Apabila sistem-sistem tersebut berjalan dengan baik maka kemajuan suatu negara akan tercapai dan yang teramat penting perlu adanya pembinaan moral yang baik dalam setiap individu-individu suatu negara karena awal dari kesuksesan diawali dari karakteristik pribadi suatu bangsa.


DAFTAR PUSTAKA
wikipedia.org/wiki/Bahasa_Jepang
http://id.wikipedia.org/wiki/Shogunmages.google.com/imgres?imgurl=http://i204.photobucket.com/albums/bb92/Ken_Bu/











Ironi Kehidupan Tata Usaha/Tenaga Adminitrasi Sekolah

Ironi Kehidupan Tata Usaha/Tenaga Adminitrasi Sekolah     Bukan ranah saya untuk menilai seseorang dari luarnya saja, bukan juga ranah saya ...